eLFISTA "Merdeka Kuliah"
Bisnis E-learning di Indonesia Berpotensi Mencapai Triliunan Rupiah
- Tak hanya di Indonesia, perkembangan bisnis e-learning di Asia secara keseluruhan mengalami perkembangan paling pesat dibanding kawasan lainnya.
- Meski sangat menjanjikan, potensi bisnis e-learning di Indonesia saat ini belum mampu dimaksimalkan oleh para pelaku pasar.
Bisnis e-learning atau pembelajaran digital kini berkembang menjadi makin prospektif untuk digeluti di tanah air. Hal ini diungkapkan oleh CEO SquLine, Tomy Yunus, dengan mengutip sebuah laporan seputar perkembangan e-learning yang dirilis oleh Docebo. Seperti dilansir techinasia.com (5/7/2017).
Menurut laporan tersebut, total pendapatan bisnis e-learning di seluruh dunia pada tahun 2016 telah mencapai US$51,5 miliar (sekitar Rp687 triliun) dengan total pertumbuhan rata-rata mencapai 7,9 persen per tahun. Sedangkan untuk wilayah Asia, total pendapatannya mencapai US$$7,1 miliar (sekitar Rp94 triliun) dengan rata-rata angka pertumbuhan per tahun 17,3 persen.
Angka pertumbuhan yang cukup tinggi di kawasan Asia ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena permintaan pasar, integrasi dan pengadopsian teknologi, pertumbuhan literasi, serta inisiatif pemerintah negara-negara di Asia yang cukup kuat mendorong pembelajaran melalui platform online.
Bisnis e-learning yang menjanjikan di Indonesia
Menurut SquLine, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Asia memiliki peluang menjanjikan untuk bisnis e-learning. Pasar e-learning di Indonesia diprediksi bisa berkembang hingga mencapai nilai triliunan rupiah dalam beberapa tahun ke depan.
Meski demikian, industri e-learning di Indonesia masih belum begitu banyak dilirik pelaku startup digital tanah air. Situasi inilah yang kemudian dimanfaatkan para startup di bidang pendidikan, seperti Ruangguru, HarukaEdu, dan SquLine untuk menggarap pasar di bidang pendidikan digital Indonesia.
Kita harus jeli memanfaatkan momentum dengan meluncurkan sebuah solusi guna menjawab tantangan belajar ini. Kami melakukan riset bahwa sebagian besar siswa-siswi yang belajar bahasa asing memiliki masalah jadwal belajar yang kurang fleksibel, terutama para profesional muda. Inilah yang mendorong kami meluncurkan platform Squline,” ungkap Tomy Yunus.Tantangan untuk berkembang
Di samping platform kursus berbahasa asing dan kelas les virtual, ada juga beberapa kategori pembelajaran digital lainnya yang mulai berkembang di Indonesia, antara lain di bidang pengembangan platform konten online, seminar virtual, serta pelatihan vokasi secara digital.
Meski potensinya besar, namun ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi para pemain di Indonesia. Tantangan tersebut meliputi segi infrastruktur, kompetensi SDM pengajar, juga modal untuk keperluan operasional.
Pelaku yang menggeluti bisnis pendidikan digital perlu strategi yang matang agar dapat meraih peluang secara optimal. Selain itu, strategi pemasaran untuk bisnis e-learning juga harus tepat sasaran, terlebih dari sisi pengemasan produk untuk menciptakan awareness guna meningkatkan angka pertumbuhan.
sumber: techinasia